PHK Suami Awal Lahirnya Bisnis ‘Qiut Cireng’
Qiut Cireng berhasil mencuri perhatian pasar dengan inovasi varian rasa cireng yang unik dan kemasan menarik. Produk lokal ini kini sudah menjangkau pasar regional Jawa Barat. Namun, di balik kesuksesan omzet, Nenden memiliki pandangan yang berbeda mengenai hal terpenting dalam berbisnis.
Ketika ditanya mengenai hal yang paling ia nikmati dari perjalanan panjang merintis Qiut Cireng, Nenden Komalasari memberikan jawaban yang mendalam. Ia menilai, modal sosial jauh lebih berharga daripada sekadar angka keuntungan.
"Tentu profit itu penting, itu yang menggerakkan usaha dan menggaji karyawan. Tapi yang paling saya nikmati dan syukuri dari jualan ini adalah, selain profit, saya jadi banyak kenalan dan relasi," ujar Nenden Komalasari secara eksklusif kepada BeritaKuningan.com.
Nenden menjelaskan bahwa jaringan yang terbentuk—mulai dari sesama UMKM, reseller, hingga dukungan komunitas lokal—merupakan aset tak ternilai. Relasi ini yang ia anggap sebagai 'pelampung' saat usahanya menghadapi tantangan.
"Relasi itu yang selalu kasih dukungan, kasih masukan produk yang inovatif, dan yang paling penting, membuka pintu pasar saat kita buntu. Jaringan yang solid ini nilainya bisa lebih besar dan membuat usaha kita lebih tahan banting daripada sekadar untung besar dalam waktu singkat," tegasnya.
Kisah Nenden membuktikan bahwa keterpurukan akibat PHK suami bisa diubah menjadi peluang emas dengan fokus pada inovasi produk dan penguatan jaringan. Strategi ini membuat Qiut Cireng tidak hanya menjadi tren sesaat, tetapi tumbuh menjadi bisnis yang berkelanjutan. (AR27/Red)
Tidak ada komentar