Berita Terbaru

Bangkitlah Wahai Singa yang Tertidur !




Indonesia, sebuah negara dengan beragam suku dan budaya. Lahir dengan sejarah yang panjang. Mulai dari kerajaan hingga kesatuan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi patut kita ingat dalam hati, hargai, dan jadikan pelajaran untuk saat ini hingga nanti. Sejarah juga telah mengungkapkan bahwa setiap perubahan yang mewarnai negeri tercinta ini tidak terlepas dari peran pemudanya, khususnya para mahasiswa. Mulai dari sumpah pemuda 1928, proklamasi 1945, hingga puncaknya ketika reformasi 1998 dimana pada momentum ini dipahami sebagai permulaan kehidupan demokrasi. Dan perubahan yang terjadi dari tangan-tangan para pemuda ini dapat kita rasakan hingga saat ini. 

Pada saat itu, pemuda telah
menjalankan salah satu fungsinya sebagai Agent of Change. Mengapa sebagai Agent of Change? Karena pada saat itu negara berada dalam keadaan kritis bahkan bisa dibilang koma. Itulah perumpamaan yang sesuai dengan keadaan saat itu. Kerusuhan terjadi dimana-mana. Hingga para pemuda bangkit dan bersatu untuk menyelamatkan Indonesia. 

Sekarang, di era milenial, sebuah era dimana anak-anak mudanya dikatakan sudah melek teknologi, suka dengan hal-hal yang instan, hingga ciri-ciri pemuda milenial lainnya menjadikan keadaan Indonesia berubah dengan signifikan. Mau pergi ke suatu tempat, tapi kita tidak punya kendaraan. Itu bukanlah suatu masalah. Karena sekarang sudah ada ojek online. Serta banyak kemajuan-kemajuan lainnya yang serba online menyebabkan anak muda sekarang  suka dengan yang instan dan tanpa sadar di generasi ini banyak yang malas dan tidak sabaran. Serta banyak dampak-dampak negatif lainnya yang terjadi di era milenial ini. Dan dampak itu juga berpengaruh kepada mahasiswa sekarang atau lebih dikenal mahasiswa ‘zaman now’.

Mahasiswa sekarang seakan tidak peduli dengan keadaan negara. Buta, tidak dapat melihat kehancuran yang terjadi di depan matanya. Tuli, seakan tak mendengar jeritan-jeritan rakyat yang meminta haknya dipenuhi. Dan ironisnya yang mereka pikirkan hanyalah kesenangan pribadi. Di dalam pikirannya hanya ada kata-kata bagaimana saya bisa kuliah, dapat IPK besar, wisuda, dan akhirnya diterima kerja di kantor-kantor terkemuka. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri. Salah satu fungsinya sebagai Agent of Change pun lambat laun terlupakan. 

Buktinya, jika kita search di google dengan keyword “mahasiswa sekarang” maka akan muncul berbagai artikel, opini, atau jenis tulisan lainnya yang menyatakan kekecewaan dan keprihatinan terhadap mahasiswa zaman now ini. Penulis juga sempat bertanya kepada lima orang mahasiswa yang telah lulus, dan pernyataan mereka tak jauh berbeda. Mereka berlima sepakat bahwa mahasiswa sekarang seakan kehilangan jati dirinya sebagai mahasiswa, terlalu lemah, dan yang pasti tidak kritis seperti mahasiswa terdahulu. Mereka seperti singa yang sedang tertidur dan entah kapan akan bangun kembali. Itulah yang mereka katakan.

Apa yang menyebabkan pernyataan-pernyataan itu muncul? Apa alasan sebenarnya yang menjadikan mahasiswa seakan seperti singa yang tertidur? Apakah semata-mata karena dampak dari kemajuan teknologi di era milenial ini? Atau adakah alasan lainnya? 

Untuk menjawab itu semua, penulis telah mengamati beberapa mahasiswa yang telah berhasil membuat perubahan di sekitarnya. Dan mendapatkan kesimpulan bahwa ada satu persamaan dari mereka semua. Yaitu, mereka sama-sama paham tentang tujuan atau eksistensi  diciptakannya manusia. Mereka telah memahami hal itu, sehingga mereka dapat memanfaatkan waktunya dengan baik dan bijaksana. Mereka paham bahwa Indonesia butuh pemikiran, kreatifitas, dan inovasi dari para pemuda untuk membuat Indonesia lebih maju kedepannya. Mereka paham hal itu. 

Maka dari tangan dingin mereka, terciptalah suatu komunitas atau perkumpulan yang bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa. Mereka membuat taman baca yang bertujuan untuk menambah minat literasi anak-anak penerus bangsa. Mereka menjadi kakak asuh untuk anak-anak yatim sehingga anak-anak itu tidak terjebak dalam dunia yang kejam, terlantar di jalanan. Ini salah satu bukti kepedulian mereka terhadap lingkungan di sekitarnya. Dan sayangnya hanya segelintir dari mahasiswa yang mengerti dan paham bahwa dirinya adalah Agent of Change.

Bayangkan, jika seluruh mahasiswa paham dengan tujuan diciptakannya manusia atau mengetahui eksistensi  dirinya di dunia ini. Pasti mereka akan melakukan hal yang sama. Hal yang dilakukan oleh segelintir mahasiswa tadi. Dan hasilnya pasti sangatlah menakjubkan. Setiap daerah akan mempunyai orang-orang yang  berusaha untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. Dan Indonesia pastinya benar-benar akan maju. 

Sebenarnya apa tujuan manusia diciptakan? Apakah hanya sekedar untuk memenuhi perut sebagai cara untuk bertahan hidup? Atau ada tujuan khusus, kenapa manusia ada dan diciptakan di dunia ini? Jika kita lihat dan pahami, tujuan diciptakannya manusia atau eksistensi dirinya di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal ini terdapat dalam surat Adz-Dzariyat : 56 yang artinya, “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.
Inilah tujuan hidup manusia, untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadi tujuan manusia bukan untuk menjadi orang yang paling banyak hartanya atau orang dengan kekuatan fisik yang tiada tandingannya, bukan juga orang yang memiliki tahta atau jabatan yang menjulang tinggi. Tujuan manusia sejatinya adalah beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan cara menjadi orang yang paling bertakwa dan menjadi sebaik-baik manusia. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

Jika semua mahasiswa memiliki mindset seperti ini, menjadi sebaik-baik manusia yaitu yang paling bermanfaat bagi manusia. Maka tidak akan ada yang namanya kejahatan atau kenalakan remaja di Indonesia. Karena kita pasti akan berlomba-lomba untuk bisa bermanfaat bagi manusia. sehingga tidak akan ada lagi pikiran malas atau tidak peduli dengan keadaan sekitar. Dan pada akhirnya akan tercipta sebuah negara yang adil dan makmur. Sesuai cita-cita yang terkandung dalam pancasila.

Bangkitlah wahai singa-singa yang tertidur. Negara Indonesia membutuhkanmu. Buatlah perubahan, sekecil apapun. Hal itu sangatlah berharga.

Penulis : Melinda Sundari
Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Husnul Khotimah Kuningan
Prodi Hukum Ekonomi Syariah








Tidak ada komentar