Berita Terbaru

Kisah Lebaran Tugu Titik Nol Kilometer Kuningan

Penulis : Sang Musafir
Photo : Ipad Padlan

Lebaran identik dengan tradisi mudik, dan dalam mudik pasti ada sebuah perjalanan. Kondisi jalan diberi perhatian lebih, mulai dari perawatan hingga perbaikan menjadi rutinitas setiap jelang lebaran. Tak hanya jalan, Penerangan Jalan Umum (PJU) hingga rambu-rambu penunjuk arah tak luput dari perhatian, namun tidak demikian halnya dengan Tugu Nol Kilometer Kuningan.

Tugu bersejarah ini seperti luput dari perhatian. Padahal jasanya sangat besar. Tak akan mampu rambu-rambu petunjuk jalan dengan cat mengkilat itu menentukan jarak tanpa keberadaannya. Tugu yang menjadi titik pusat penentu jarak ke berbagai kota dan kabupaten dari Kabupaten Kuningan itu terlihat tak berarti.

Dengan cat kusam dan hampir sebagian besar telah mengelupas, tugu yang terletak di pusat keramaian Kabupaten Kuningan ini terlihat seperti kesepian. Tak banyak yang mengetahui keberadaannya, bahkan orang-orang yang setiap hari berada di sekitarnya tak mengenali.


Letaknya yang berada di area pertokoan dan tepat di depan gang masuk sebuah pasar, kadang dijadikan tempat singgah untuk orang-orang yang menumpang duduk sekedar melepas lelah saat berbelanja. Perlakuan itu mungkin membuatnya sedikit berarti. Hal menyedihkan, kadang ada orang-orang tidak bertanggungjawab yang memperlakukan layaknya toilet umum pada malam hari hingga menebar aroma pesing di sekitarnya pada pagi hari.

Andaikan Tugu itu bernyawa, mungkin hanya bisa menatap sedih ketika aroma aspal menyengat hidungnya saat jalan yang tepat di depannya dipermulus, cat lusuhnya mungkin hanya bisa menatap pilu ke arah orang-orang yang lalu-lalang membeli pakaian baru dan perhiasan untuk menunjang penampilan mereka.

Mungkin jika memiliki air mata, akan diteteskan saat orang-orang dari berbagai negara dengan sepeda-sepeda mahal melintas cuek dalam sebuah event Internasional yang menelan anggaran milyaran rupiah. Event Internasional yang hingga saat ini belum dirasakan manfaatnya.

Mungkin, andaikan bisa berharap, hanya cat sederhana yang dioleskan ke tubuhnya untuk sekedar memperbaiki penampilannya meski mungkin orang-orang tetap tak mengakui keberadaannya bahkan tak menganggapnya ada.

Tidak ada komentar