Berita Terbaru

Sekolah di Kuningan Masih Belajar Online, Emak-emak Kewalahan



Berita Kuningan - Tahun ajaran baru tahun 2020/2021 baik SD, SMP, SMA sudah dimulai sejak tangga 13 Juli 2020 kemarin, tetapi berdasarkan SKB 4 Mentri yang memutuskan untuk tidak memberlakukan proses belajar-mengajar tatap muka, hingga saat ini belum ada titik terang kapan dilaksanakan proses belajar mengajar tatap muka di Sekolah.

Hingga saat ini, proses belajar mengajar masih menggunakan sistem online (daring) yang membuat banyak orang tua mengeluh terutama dari ibu-ibu, salah satunya adalah Nur (39), warga Desa Kedungarum, Kecamatan Kuningan dan juga wali murid dari Sulton yang baru masuk Sekolah Dasar di salah satu sekolah swasta di Kuningan.

"Belajar online (daring) itu bikin kuota internet sangat boros. Selain itu waktu belajar tidak efisien karena anak belum paham dengan namanya pembelajaran daring, kita emak-emak kewalahan," ungkapnya pada berita kuningan.com, Jum'at (25/7/2020).

Nur mengungkapkan bahwa di era new normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) sudah banyak tempat keramaian yang sudah diizinkan untuk aktif seperti mall, pasar, tempat wisata, hajatan bahkan panggung hiburan.

"Saat ini untuk aktivitas lain seperti mall, tempat wisata, bahkan hajatan saja sudah boleh. Bahkan hiburan seperti dangdutan dan lainnya sudah diizinkan, tapi kenapa gedung sekolah tetap tutup?," keluhnya.

Bukan hanya Nur, keluhan juga muncul dari banyak orang tua lainnya. Selain masalah kuota internet, orang tua juga mengeluhkan efek yang ditimbulkan terhadap psikologi anak.

"Ini kurang baik untuk psikologi anak. Waktu anak kebanyakan digunakan untuk bermain di rumah, kurangnya bersosialisasi dengan teman yang lain bahkan perkenalan lingkungan sekolah pun jadi tidak ada", ungkap Eha (32).

Dirinya berharap agar pemerintah mengkaji ulang dengan adanya pembelajaran online atau daring. Karena dikhawatirkan anak-anak menyepelekan pendidikan karena anak sering bermain. Orang tua pun merasa kelelahan karena harus menambah kerjaan untuk mengajar sementara setiap bulan harus tetap bayar iuran sekolah.

"Tugas anak menumpuk dan akhirnya pun kami orang tua bekerja ekstra untuk mengajari anak untuk menyelesaikan pekerjaan rumah. Walapun dari Ketua Dewan ada bantuan alokasi dari dana boss tapi sampai sekarang belum terelasikan," ujarnya. (IW27/EH16/Red)

Tidak ada komentar