Berita Terbaru

Antisipasi Krisis Regenerasi Petani, Ini yang Dilakukan Pondok Pesantren Miftahul Jannah


Kuningan, (BK) - Enggannya generasi muda untuk turun ke sawah menjadi salah satu faktor penyebab krisis regenerasi petani di Indonesia termasuk di Kabupaten Kuningan.

Baca juga: Kuningan Krisis Regenerasi Petani

Regenerasi petani tidak bisa berjalan dengan baik jika hanya mengandalkan pemerintah. Peran serta masyarakat pun sangat diperlukan. Untuk itu, Pondok Pesantren Miftahul Jannah yang terletak di Desa Haurkuning Kecamatan Nusaherang Kabupaten Kuningan membentuk kelompok tani yang diberi nama kelompok tani Al-Ijtima’.

Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Jannah, Kiyai Endin Kholidin menyampaikan bahwa ada 3 hal yang mendasari pembentukan kelompok tani Al-Ijtima’ tersebut.

“Yang pertama berdasar pada perkataan Imam Ibnu Abbas dalam kitab Al-Hikam, bahwa diantara pekerjaan yang sangat berkah adalah bertani. Kedua karena sangat krisisnya generasi yg suka bertani sementra lahan pertanian di desa kami sangat luas, kalau kita tidak mencetak generasi muslim bertani di khawatirkan lahan dikuasai oleh orang-orang luar. Ketiga supaya para santri hidup mandiri dan ketika terjun ke masyarakat bisa turut membina masyarakat agar tetap terjaga kaderisasi petani,” ungkap Kiyai Endin.


Tidak hanya santri, kelompok tani Al-Ijtima’ pun merangkul pemuda dari lingkungan sekitar pondok pesantren. Saat ini anggota kelompok tani tersebut berjumlah sekitar 50 orang, 20 orang santri pondok dan 30 orang masyarakat sekitar. Meskipun ada beberapa anggota yang berusia 40-60 tahun, namun kelompok tani Al-Ijtima’ lebih konsentrasi kepada para pemuda dengan usia rata-rata 18-30 tahun.



Menurut Kiyai Endin, Kelompok tani yang telah terbentuk sekitar satu tahun ini belum pernah mendapatkan bantuan pemerintah, namun telah dapat ikut mendukung kesejahteraan dan kemandirian hidup para anggotanya baik para santri maupun masyarakat sekitar.

”Terutama bagi santri dan masyarakat, mereka dapat memenuhi kebutuhan pangan dan terhindar dari membeli beras yang rawan oplosan dan mengandung zat pemutih, pengawet, pewangi yg akan membahayakan mereka,” pungkasnya. (AR27)

Tidak ada komentar