Berita Terbaru

Siswi SD di Kuningan Alami Trauma Berat, Diduga Akibat Bulliying



Berita Kuningan - Bullying atau perundungan merupakan masalah serius yang terjadi ditengah masyrakat, dampaknya bisa berakibat sangat fatal, tak hanya mengancam fisik, namun juga pisikis, seperti yang dialami seorang siswi Sekolah Dasar (SD) di Kuningan, Jawa Barat.

Siswi berinisial KOR (8), pernah menjadi korban bullying oleh teman sekelasnya, pada bulan November 2022 silam. Namun tragisnya, hingga saat ini korban enggan bersekolah. Sudah ada upaya untuk pindah sekolah tapi masih ada trauma, karena merasa jadi korban tindak pidana perundungan.

Ironisnya, bullying tersebut terjadi didalam kelas saat kegiatan belajar mengajar di sekolah sedang berlangsung. Karena dianggap tak ada itikad baik dari pihak sekolah hingga saat ini, pihak korban mengajukan somasi, dan tembusan somasi, ditembuskan ke unit PPA Polres Kuningan, Selasa (18/7/2023).

"Kejadian tahun 2022 bulan November, kondisi korban saat ini sangat mengalami psikis mental yang sangat terganggu, karena dia tidak mau berbaur sampai saat ini korban tidak mau sekolah," ungkap Ibnu Rohman, kuasa hukum korban.

Akibat perundungan tersebut, korban mengalami luka dibagian pelipis, kening, dan bahu, setelah dilempar oleh ketiga temannya. Selain tidak mau sekolah, Ibnu mengatakan, KRO mengalami trauma psikis, dan tidak mau berbicara dengan orang lain.

"Dengan kejadian saat itu, hingga kini korban mengalami psikis yang sangat trauma, trauma yang sangat fatal, bahkan tidak ingin berbicara dengan orang lain," katanya.

Namun, Ibnu menyangkan itikad dari pihak sekolah, yang hingga saat ini tidak ada permintaan maaf secara langsung.

"Sejauh ini dari pihak sekolah belum ada itikad baik, luka secara fisik korban sudah ada pemulihan, namun luka secara psikis secara psikolog itu belum bisa sembuh total," paparnya.

Ibnu melanjutkan, selain trauma, korban pun mengalami luka dibagian pelipis dan pundak.

"Luka di bagian pelipis, karena dia di lempar lalu kepentok dengan meja, kemudian di jidat sama dibahu itu ada surat keterangan dokternya," lanjutnya.

Ibnu menjelaskan, KRO dilempar oleh ketiga temannya, yang dianggap sebuah prank yang dilakukan oleh ketiga temannya itu.

"Jadi posisi korban selaku anak itu dilempar, karena itu menyebab luka secara fisik yang keliatan, kami tidak mengerti atas dasar apa yang pasti bukan bercanda tapi menganggapnya dari pelaku dia ini sedang di prank, tapi saya rasa prank ini ga baiklah," jelasnya.

"Kejadian memang di ruang kelas dalam sekolah ini artinya ada kelalaian yang dilakukan oleh guru tersebut," pungkasnya. (Jopray/Red)

Tidak ada komentar