Berita Terbaru

Masih Banyak "Jodi" Lain, Penyaluran CSR di Kuningan Dinilai tak Tepat Sasaran


Berita Kuningan - Terkait Corporate Sosial Responibilty (CSR) atau Tanggungjawab Sosial Perusahaannya , PEKAT IB menilai pengelolaan di Kabupaten Kuningan tidak transparan dan tidak tepat sasaran. Mulai pengumpulan sampai pengalokasian dana kepedulian social tersebut tidak terbuka kepada masyarakat, sebagaimana disampaikan oleh Mulyana, Sekjen PEKAT  IB, Selasa (30/7/2019) kepada beritakuningan.com.

Masih banyaknya warga miskin di Kabupaten Kuningan yang salahsatunya adalah Jodi yang sempat viral di media sosial, Mulyana berharap, dana CSR dari perusahaan-perusahaan yang ada di Kabupaten Kuningan digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti halnya membantu warga miskin seperti Jodi.

Mulyana menuturkan, di Kabupaten Kuningan sudah ada regulasi yang mengatur tentang CSR.  berdasarkan Perda 3/2012 dan Perbub  15/2013, telah terbentuk tim Fasilitasi TSP dan Forum Pelaksana TSP yang salah satunya adalah Bank Jabar Banten (BJB).

“Penyaluran CSR yang terlibat salahsatunya adalah BJB yang menghimpun dana-dana CSR perusahaan dari tiap perusahaan, semua ditampung di BJB dan BJB yang menyalurkan atas keputusan tim Fasilitasi TSP,” ungkapnya.

Namun, menurut Mulyana, yang menjadi pertanyaan adalah tim tersebut berjalan atau tidak, karena pada prakteknya, dirinya melihat penyaluran dana CSR lebih digunakan untuk kepentingan yang tidak mendesak dan tidak bermanfaat untuk masyarakat.

“Untuk penyaluran dari mulai dibentuknya Perda TSP, saya belum melihat penyaluran dana TSP sampai ke masyarakat. Harusnya transparan untuk melaporkan setiap pendapatan dan pengeluaran daripada TSP itu,” lanjutnya.

Dirinya melihat, melalui informasi yang didapatnya melalui media, penyaluran dana CSR di Kabupaten lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang tidak memberi manfaat kepada masyarakat, salah satunya adalah tugu Kuningan Bangkit dan event Tour De Linggar Jati (TDL).

“Tujuan dari CSR ini harusnya member manfaat ke masyarakat, tapi ini lebih untuk uforia, untuk kepentingan seremonial. Masyarakat kalau lapar, liat tugu tidak akan kenyang. TDL juga tidak ada manfaatnya untuk masyarakat,” pungkasnya. (AR27/Red)

Tidak ada komentar